Toleransi Umat Beragama


Nama    : Nissaa Arifiani
Kelas     : 1KA20
NPM      : 15116453

Toleransi Antar Umat Beragama

       Toleransi berasal dari bahasa latin dari kata “Tolerare” yang berarti dengan sabar membiarkan sesuatu. Jadi pengertian toleransi secara luas adalah suatu perilaku atau sikap manusia yang tidak menyimpang dari aturan, dimana seseorang menghormati atau menghargai setiap tindakan yang dilakukan orang lain.

       Toleransi juga dapat dikatakan istilah pada konteks agama dan sosial budaya yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap golongan-golongan yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas pada suatu masyarakat. Misalnya toleransi beragama dimana penganut Agama mayoritas dalam sebuah masyarakat mengizinkan keberadaan agama minoritas lainnya. Jadi toleransi antar umat beragama berarti suatu sikap manusia sebagai umat yang beragama dan mempunyai keyakinan, untuk menghormati dan menghargai manusia yang beragama lain.

       Istilah toleransi juga dapat digunakan dengan menggunakan definisi “golongan / kelompok” yang lebih luas, misalnya orientasi seksual, partai politik, dll. Sampai sekarang masih banyak kontroversi serta kritik mengenai prinsip-prinsip toleransi baik dari kaum konservatif atau liberal.
Pada sila pertama dalam Pancasila, disebutkan bahwa bertaqwa kepada tuhan menurut agama dan kepercayaan masing-masing merupakan hal yang mutlak. Karena semua agama menghargai manusia oleh karena itu semua umat beragama juga harus saling menghargai. Sehingga terbina kerukunan hidup antar umat beragama.

Contoh Perwujudan Toleransi Beragama:
  •        Memahami setiap perbedaan.
  •        Sikap saling tolong menolong antar sesama umat yang tidak membedakan suku, agama,                budaya  maupun ras.
  •        Rasa saling menghormati serta menghargai antar sesama umat manusia.

Contoh Pelaksanaan Toleransi Beragama:
  •       Memperbaiki tempat-tempat umum.
  •       Kerja bakti membersihkan jalan desa.
  •       Membantu korban kecelakaan lalu-lintas
  •       Menolong orang yang terkena musibah atau bencana alam.

Jadi, bentuk kerjasama ini harus kita praktekan dalam kegiatan yang bersifat sosial kemasyarakatan serta tidak menyinggung keyakinan pemuluk agama lain. Melalui toleransi diharapkan terwujud ketertiban, ketenangan dan keaktifan dalam menjalankan ibadah menurut agama dan kepercayaan masing-masing.

Toleransi Uman Beragama di Indonesia
       
       pandangan ini muncul dilatarbelakangi oleh semakin meruncingnya hubungan antar umat beragama di Indonesia. Penyebab munculnya ketegangan antar umat beragama tersebut antara lain:
  •        Kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya sendiri dan agama pihak lain.
  •        Kaburnya batas antara sikap memgang teguh keyakinan agama dan toleransi dalam                        kehidupan masyarakat.
  •        Sifat dari setiap agama, yang mengandung misi dakwah dan tugas dakwah.
  •        Kurangnya saling pengertian dalam menghadapi masalah perbedaan pendapat.
  •        Para pemeluk agama tidak mampu mengontrol diri, sehingga tidak menghormati bahkan              memandang rendah agama lain.
  •        Kecurigaan terhadap pihak lain, baik antar umat beragama, intern umat beragama, atau                  antara  umat beragama dengan pemerintah.

  Pluralitas agama hanya dapat dicapai seandainya masing-masing kelompok bersikap lapang dada satu sama lain. Sikap lapang dada dalam kehidupan beragama akan memiliki makna bagi kemajuan dan kehidupan masyarakat plural, apabila ia diwujudkan dalam:
  •         Sikap saling mempercayai atas itikad baik golongan agama lain.
  •         Sikap saling menghormati hak orang lain yang menganut ajaran agamanya.
  •         Sikap saling menahan diri terhadap ajaran, keyakinan dan kebiasaan kelompok agama lain             yang   berbeda, yang mungkin berlawanan dengan ajaran, keyakinan dan kebiasaan sendiri.

Contoh Toleransi antar Umat Beragama pada masyarakat

·      Toleransi antarumat beragama antara pemeluk Agama Islam dan Kristen di Gereja Kristen Jawa (GKJ) Joyodiningratan dan Mesjid Al Hikmah, Serengan, Kota Solo, Jateng. Yang tercipta sejak dahulu. “Dua bangunan tersebut berdampingan serta meiliki alamat yang sama, yaitu di Jalan Gatot Subroto No 222, Solo”. Namun perbedaan keyakinan tidak menyurutkan semangat pemeluk Kristen dan Islam setempat untuk saling menjaga kerukunan, menghormati dan mengembangkan sikap toleransi. Bangunan Mesjid Al Hikmah didirikan pada tahun 1947 sedangkan GKJ Joyodiningrat didirikan 10 tahun sebelumnya atau sekitar 1937. Namun toleransi antarumat beragama telah tercipta sejak lama disini.

·      Misalnya saat pelaksaan Idul Fitri yang jatuh pada minggu. Pengelola gereja langsung menelpon pengurus mesjid untuk menanyakan soal kepastian perayaan Idul Fitri. Kemudian pengurus gereja merubah jadwal ibadah paginya pada Minggu menjadi siang hari, agar tidak mengganggu umat Islam yang sedang menjalankan shalat Idul Fitri.

·      Contoh lainnya adalah pengurus mesjid selalu membolehkan halaman Mesjid untuk parkir kendaraan bagi umat kristen GKJ Joyodiningrat saat ibadah Paskah maupun Natal.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masalah Pokok Kehidupan Manusia menurut C. Kluckhonh

KEBUDAYAAN BANGSA TIMUR

Prasangka , Diskriminasi dan Etnosentrisme