Prasangka , Diskriminasi dan Etnosentrisme
Nama : Nissaa Arifiani
Kelas : 1KA20
NPM : 15116453
Prasangka
Prasangka (prejudice) adalah sebuah sikap (buasanya negatif) terhadap anggota
kelompok tertentu, semata berdasarkan keanggotaan mereka dalam kelompok
tersebut (Baron & Byrne). Prasangka merupakan sebuah tipe khusus dari sikap
yang cenderung kearah negatif sehingga konsekuensinya :
- Berfungsi sebagai skema (kerangka pikir kognitif untuk mengirganisasi, menginterpretasi, dan mengambil informasi) yang mempengaruhi cara memperoses informasi.
- Melibatkan keyakinan dan perasaan negatif terhadap orang yang menjadi anggota kelompok sasaran prasangka.
Penyebabnya pendorong munculnya
prasangka :
- Untuk meningkatkan citra diri/konsep diri/harga diri. Prasangka dapat memainkan sebuah peran penting untuk melindungi atau meningkatkan konsep diri mereka. Ketika individu dengan sebuah prasangka memandang rendah sebuah kelompok, hal ini membuat mereka yakin akan harga diri mereka sendiri.
- Menghemat usaha kognitif (prinsip heuristic). Ketika stereotip terbentuk, kita tidak perlu melakukan proses berpikir yang hati-hati dengan sistematis, karena kita sudah “tahu” seperti apa anggota kelompok ini.
Sumber-sumber prasangka yaitu :
- Konflik langsung antar kelompok. Berdasarkan Teori konflik Realistik (Realistic Conflic Teory) dimana prasangka muncul karena kompetisi antar kelompok social untuk memperoleh kesempatan atau komoditas yang berharga yang berkembang menjadi rasa kebencian, prasangka dan dasar emosi. Contoh: konflik antara para migrant dengan masyarakat setempat, masyarakat setempat cenderung memiliki prasangka terhadap para migrant ini karena para migrant lebih mampu untuk survive dan berhasil wilayah barunya sehingga menimbulkan rasa kebencian pada diri masyarakat setempat terhadap para migrant. Hal ini dapat dilihat pada konflik yang terjadi di Ambon, atau Kalimantan.
- Pengalaman awal, berdasarkan Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory), prasangka dipelajari dan dikembangkan dengan cara yang sama serta melalui mekanisme dasar yang sama, seperti sikap yang lain yakni melalui pengalaman langsung dan observasi/vicarious. Contoh: Santi sejak kecil sering mendengar orangtuanya melontarkan komentar-komentar negatif terhadap orang dari golongab etnis Tionghoa tersebut. Selain itu, media massa juga memiliki peran dalam pembentukkan prasangka.
- Katagori Sosial, yakni kecenderungan untuk membuat katagori sosial yang membedakan anatar in-group-“kita”-dengan out-group-“mereka”. Kecenderungan untuk memberikan atribusi yang lebih baik dengan menyanjung anggota kelompoknya sendiri darpada anggota lain terkadang dideskipsikan sebagai kesalahan atribusi utama (Identitty Theory) dari Tajfel. Teori iini mengatakan bahwa individu berusaha meningkatkan self-esteem mereka dengan mengidentifikasikan diri dengan kelompok social tertentu. Namun, hal ini darjadi hanya bila orang tersebut mempersepsikan kelompoknya lebih superior dadripada kelompok lain yang menjadi pesaingnya.
- Stereotip, kerangka berpikir kognitif yang terdiri dari pengetahuan dan keyakinan tentang kelompok sosial tertenru dan trats tertentu yang mungkin dimiliki oleh orang yang menjadi anggota kelompok-kelompok ini. Ketika sebuah stereotip diaktifkan, trait-trait ini lah yang dipikirkan. Stereoit mempengaruhi pemrosesan informasi social (diproses lebih capat dan lebih mudah diingat), sehingga mengakibatkan terjadinya seleksi pada informasi- informasi yang konsisten terhadap stereotip akan diproses sementara yang tidak sesuai stereotip akan ditolak atau diubah agar konsisten dengan stereotip. Reaksi lain terhadap informasi yang tidak konsisten adalah membuat kesimpulan implicit yang mengubah arti informasi tersebut agar sesuai dengan stereotip. Stereotip seperti penjara kesimpulan (inferential prisons): ketika stereotip telah terbentuk, stereotip akan membangun persepsi kita terhadap orang lain, sehingga informasi baru tentang orang ini akan diinterpretasikan s ebagai penguatan terhadap stereotip kita, bahkan ketika hal ini tidak terjadi.
- Mekanisme Kognitig lain :a) Ilusi tentang hubungan (illusory correlation) yaitu kecenderungan melebih-lebihkan penilaian tingkah laku negatif dalam kelompok yang relatif kecil. Efek ini terjadi karena peristiwa yang jarang terjadi menjadikannya lebih menonjol dan lebih mudah diingat :b) ilusi homogenitas Out-Group (illution of out- group differentiation) yaitu kecendrungan untuk mempersepsikan anggota kelompoknya dalam menunjukan keragaman yang lebih besar satu sama lain (lebih heterogen) daripada kelompok-kelompok lain.
Cara untuk mengatiasi prasangka :
·
Memutuskan siklus prasangka: belajar tidak
membenci karena dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain. Dengan cara
mencegah orang tua dan orang dewasa lainnya untuk melatih anak manjadi fanatic.
·
Berinteraksi langsung dengan kelompok yang
berbeda:i) contact hypothensis- pandangan
bahwa peningkatan kontak antara anggota dari berbagai kelompok sosial dapat
efektif mengurangi prasangka diantara mereka. Usaha-usaha tersebut tampaknya
berhasil hanya ketika kontak tersebut terjadi dibawah kondisi-kondisi tertentu.
Ii) extended
contact hypothesis- sebuah pandangan yang menyatakan bahwa hanya dengan
mengetahui bahwa anggota kelompoknya sendiri telah membentuk persahabatan dengan
anggota kelompok out-group dapat
mengurangi prasangka terhadap kelompok tersebut.
- Katagorisasi ulang batas antara “kita” dan “mereka” hasil dari katagorisasi ulang ini, orang yang sebelumnya dipandang sebagai out-group sekarang dapat dipandang sebagai bagian dari in- group.
- Intervensi kognitif: memotivasi orang lain untuk tidak berprasangka, pelatihan (belajar untuk mengatakan “tidak” pada stereotype).
- Pengaruh sosial untuk mengurangi prasangka.
Dampak bagi orang yang menjadi
obyek prasangka:
·
Membentuk sikap rasial dan stereotip terhadap
mereka sendiri.
·
Makin kuat seseorang manjadi bagian dari
minoritas dan mengidentifikasi dari maka makin sensitive terhadap prasangka
halus dan makin kuat beraksi terhadap prasangka tersebut.
Selain itu adapula prasangka
terhadap gender dimana banyak budaya yang masih menempatkan wanita sebagai kaum
minoritas. Prasangka yang dipengaruhi oleh gender ini disebut seksisme (sexism). Seksisme ada 2
jenis:
- Seksisme yang penuh kebencian: pandangan bahwa wanita, jika tidak inferior terhadap pria, memiliki banyak trait negatif (contoh: mereka ingin diistimewakan, sangat sensitive atau inginmerebut kekuasaan dari pria yang tidak seharusnya mereka miliki).
- Seksisme bentuk halus: pandangan yang menyatakan bahwa wanita pantas dilindungi, lebih superior daripada pria dalambanyak hal (contoh: mereka lebih murni dan lebih memiliki selera yang baik). Dan sangat diperlukan untuk kebahagiaan pria(contoh: tidak ada pria yang benar-benar bahagia kecuali ia memiliki seorang wanita yang iapuja dalam hidupnya).
Selain itu adapula istilah gkass
cellings yaitu hambatan palsu berdasarkan bias sikap dan organisasi yang
menghambat perempuan berkualitas mencapai posisi teratas dalam organisasinya.
Diskriminasi
Diskriminasi (discrimination) adalah wujud dari prasangka itu dalam
tingkah laku atau aksi negatif terhadap kelompok yang menjadi sasaran
prasangka. Sementara itu bentuk-bentuk diskriminasi ada dua yaitu :
- Diskriminasi kasar- aksi negatif terhadap objek prasangka rasial, etnis, atau agama- dan kriminalitas berdasarkan kebencian (hate crimes)- kriminalitas yang berdasar pada prasangka rasial, etnis, dan tipe prasangka lainnya. Contohnya: James Byrs seorang lelaki afroamerika yang diseret dibelakang truk oleh seorang laki-laki berkulit putih dengan prasangka tinggi.
- Diskiminasi halus: rasisme modern (rasial implicit)- rasisme berusaha menutup- nutupi prasangka ditempat umum, tetapi mengekspresikan sikap-sikap mengecam ketika hal itu aman dilakukan- dan tokenisme- contoh dimana individu menjukkan tingkah laku positif yang menipu para anggota kelompok out-group kepada siapa mereka merasakan prasangka yang kuat. Kemudian tingkah laku tokenistic ini digunakan sebagai alasan untuk menolak melakukan aksi yang lebih menguntungkan terhadap kelompok ini. Contoh: sebuah bank yang mempekerjakan orang etnis tertentu, supaya tidak disangka melakukan diskiminasi juga mempekerjakan masyarakat pribumi. Namun, masyarakat pribumi ini nantinya akan di persulit untuk kenaikan jabatan.
Etnosentrisme
Etnosentrisme adalah suatu
persepsi yang dimiliki oleh tiap-tiap individu yang menganggap budayanya
merupakan yang terbaik dari budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain.
Etnosentrisme juga merupakan suatu sikap dalam menilai kebudayaan masyarakat
lain dengan menggunakan ukuran-ukuran yang berlaku pada masyarakatnya.
Etnosentrisme dapat diartikan sebagai fanatisme suku bangsa.
Dampak positif Etnosentrisme adalah
- Menjaga kestabilan serta keutuhan budaya.
- Dapat mempertinggi semangat patriotisme dan juga kesetiaan pada bangsa.
- Dapat memperteguh rasa cinta terhadap kebudayaan/bangsa. Sikap etnosentrisme adalah sikap tolak ukur budaya seseorang dengan budayanya.
Dampak negatif Etnosentrisme adalah
- Dapat menyebabkan konflik antar suku.
- Adanya aliran politik.
- Menghambat proses asimilasi budaya yang berbeda.
Penyebab Munculnya Etnosentrisme di Indonesia
·
Budaya
Politik
Faktor yang mendasar yang menjadi penyebab akan munculnya etnosentrisme
ini adalah budaya politik dari masyarakat yang cendrung tradisional serta tidak
rasionalis. Budaya politik subjektif ikatan emosional serta ikatan-ikatan
primordial yang masin cendrung menguasai masyarakat yang ada di Indonesia.
Masyarakat terlibat didalam dunia politik yaitu kepentingan mereka yang sangat
mementingkan suku, etnis, agama dll.
·
Pluralitas
Bangsa Indonesia
Faktor
yang lain, penyebab munculnya masalah etnosentrisme ialah pluralitas Bangsa
Indonesia. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang terdiri dari berbagai suku,
agama, ras serta golongan. Pluralitas masyarakat Indonesia tersebut tentu
melahirkan berbagai persoalan. Pada tiap-tiap suku, agama, ras serta golongan
berusaha untuk dapat memperoleh kekuasaan serta juga menguasai yang lain.
Masalah kepentingan inilah yang faktor banyak memunculkan persoalan-persoalan
pada tiap-tiap daerah.
Komentar
Posting Komentar