Pengertian Hakekat Manusia
Pengertian Manusia
Manusia adalah
“tubuh yang berjiwa” dan bukan “jiwa abadi yang berada atau yang terbungkus
dalam tubuh yang fana”. Manusia
adalah kombinasi dari unsur-unsur roh (atman), jiwa, pikiran, dan prana
atau badan fisik. Manusia adalah mahluk hidup berkaki dua yang
tidak berbulu dengan kuku datar dan lebar. Manusia
dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani.4 unsur dalam
diri manusia :
- Jasad : Badan yang tampak, dapat diraba, dan menempati ruang dan waktu
- Hayat : Mengandung unsur hidup yang ditandai dengan gerak
- Ruh : Daya yang bekerja secara spiritual dan memahami kebenaran
- Nafas : Dalam pengertian diri atau keakuan, yaitu kesadaran tentang diri sendiri
PENGERTIAN HAKEKAT
MANUSIA
Menurut bahasa, hakikat berarti kebenaran atau sesuatu yang
sebenar-benarnya atau asal segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu
adalah inti dari segala sesuatu atau yang menjadi jiwa sesuatu. Dikalangan
tasawuf orang mencari hakikat diri manusia yang sebenarnya, karena itu muncul
kata-kata diri mencari sebenar-benar diri. Sama dengan pengertian itu mencari
hakikat jasad, hati, roh, nyawa, dan rahasia.
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah swt.
Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas
mereka sebagai khalifah di muka dumi ini.Dikitab suci menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah.
Jadi hakekat manusia adalah kebenaran atas diri manusia itu sendiri sebagai
makhluk yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Hakekat Manusia Menurut
Pandangan Umum Ialah Sebagai Berikut:
Pembicaraan
manusia dapat ditinjau dalam berbagai perspektif, misalnya perspektif
filasafat, ekonomi, sosiologi, antropologi, psikologi, dan spiritualitas Islam
atau tasawuf, anatar lain :
a.Dalam perspektif filsafat.
Disimpulkan bahwa manusia merupakan hewan yang
berpikir karena memiliki nalar intelektual. Dengan nalar intelektual itulah
manusia dapat berpikir, menganalisis, memperkirakan, meyimpulkan,
membandingkan, dan sebagainya. Nalar intelektual ini pula yang membuat manusia
dapat membedakan antara yang baik dan yang jelek, antara yang salah dan yang
benar.
b.Dalam Perspektif Ekonomi.
Dalam perspektif ekonomi, manusia adalah makhluk
ekonomi, yang dalam kehidupannya tidak dapat lepas dari persoalan-persoalan
ekonomi. Komunikasi interpersonal untuk memenuhi hajat-hajat ekonomi atau
kebutuhan-kebutuhan hidup sangat menghiasi kehidupan mereka.
c.Dalam Perspektif Sosiologi.
Manusia adalah makhluk social yang sejak lahir hingga matinya tidak pernah
lepas dari manusia lainnya. Bahkan, pola hidup bersama yang saling membutuhkan
dan saling ketergantungan menjadi hal yang dinafikkan dalam kehidupan
sehari-hari manusia.
d.Dalam Perspektif Antropologi.
Manusia
adalah makhluk antropologis yang mengalami perubahan dan evolusi. Ia senantiasa
mengalami perubahan dan perkembangan yang dinamis.
e.Dalam Perspektif Psikologi.
Manusia
adalah makhluk yang memiliki jiwa. Jiwa merupakan hal yang esensisal dari diri
manusia dan kemanusiaannya. Dengan jiwa inilah, manusia dapat berkehendak,
berpikir, dan berkemauan.
Pengertian Manusia dan Kebudayaan
Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tak bisa dipisahkan dalam
kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna menciptakan
kebudayaan mereka sendiri dan melestarikannya secara turun menurun. Budaya
tercipta dari kegiatan sehari hari dan juga dari kejadian – kejadian yang sudah
diatur oleh Yang Maha Kuasa.
KEBUDAYAAN
Budaya
atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia.Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut
culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan.
Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga
kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.Kebudayaan
sangat erat hubungannya dengan masyarakat.
· Melville
J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang
terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh
masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
· Herskovits
memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke
generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
· Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma
sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan
lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang
menjadi ciri khas suatu masyarakat.
· Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di
dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat.
· Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya,
rasa, dan cipta masyarakat.
Dari
berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan
adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem
ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan
perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai
makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata,
misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,
religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia
dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat
Unsur-Unsur
Ada
beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur
kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
1. Melville
J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
o alat-alat
teknologi
o sistem
ekonomi
o keluarga
o kekuasaan
politik
2. Bronislaw
Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
o sistem
norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam
sekelilingnya
o organisasi
ekonomi
o alat-alat
dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga
adalahlembaga pendidikan utama)
o organisasi
kekuatan (politik)
Tujuh
Unsur Kebudayaan
1.Sistem
Religi
Kepercayaan
manusia terhadap adanya Sang Maha Pencipta yang muncul karena kesadaran
bahwa ada zat yang lebih dan Maha Kuasa.
2.Sistem
Organisasi Kemasyarakatan
Sistem
yang muncul karena kesadaran manusia bahwa meskipun diciptakan sebagai makhluk
yang paling sempurna namun tetap memiliki kelemahan dan kelebihan masing –
masing antar individu sehingga timbul rasa utuk berorganisasi dan bersatu.
3.Sistem
Pengetahuan
Sistem
yang terlahir karena setiap manusia memiliki akal dan pikiran yang berbeda
sehingga memunculkan dan mendapatkan sesuatu yang berbeda pula.
4.Sistem
Mata Pencaharian Hidup dan Sistem – Sistem Ekonomi.
Terlahir
karena manusia memiliki hawa nafsu dan keinginan yang tidak terbatas dan selalu
ingin lebih.
5.Sistem
Teknologi dan Peralatan.
Sistem
yang timbul karena manusia mampu menciptakan barang – barang dan sesuatu yang
baru agar dapat memenuhi kebutuhan hidup.
6.Bahasa
Sesuatu
yang berawal dari hanya sebuah kode, tulisan hingga berubah sebagai lisan untuk
mempermudah komunikasi antar sesama manusia. Bahkan sudah ada bahasa yang
dijadikan bahasa universal seperti bahasa Inggris.
7.Kesenian
Setelah
memenuhi kebutuhan fisik manusia juga memerlukan sesuatu yang dapat memenuhi
kebutuhan psikis mereka sehingga lahirlah kesenian yang dapat memuaskan.
Wujud
Menurut
J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas,
dan artefak.
Gagasan (Wujud ideal)
Wujud
ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan,
nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak;
tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam
kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut
menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan
ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat
tersebut.
Aktivitas (tindakan)
Aktivitas
adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem
sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi,
mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola
tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam
kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
Artefak (karya)
Artefak
adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan
karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat
diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga
wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud
kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain.
Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada
tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
Komponen
Berdasarkan
wujudnya tersebut, Budaya memiliki beberapa elemen atau komponen, menurut ahli
antropologi Cateora, yaitu :
Kebudayaan material
Kebudayaan
material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk
dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu
penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya.
Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat
terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan
nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi,
misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
Lembaga social
Lembaga
social dan pendidikan memberikan peran yang banyak dalam kontek berhubungan dan
berkomunikasi di alam masyarakat. Sistem social yang terbantuk dalam suatu
Negara akan menjadi dasar dan konsep yang berlaku pada tatanan social
masyarakat. Contoh Di Indonesia pada kota dan desa dibeberapa wilayah, wanita
tidak perlu sekolah yang tinggi apalagi bekerja pada satu instansi atau
perusahaan. Tetapi di kota – kota besar hal tersebut terbalik, wajar seorang
wanita memilik karier
Sistem kepercayaan
Bagaimana
masyarakat mengembangkan dan membangun system kepercayaan atau keyakinan
terhadap sesuatu, hal ini akan mempengaruhi system penilaian yang ada dalam
masyarakat. Sistem keyakinan ini akan mempengaruhi dalam kebiasaan, bagaimana
memandang hidup dan kehidupan, cara mereka berkonsumsi, sampai dengan cara
bagaimana berkomunikasi.
Estetika
Berhubungan
dengan seni dan kesenian, music, cerita, dongeng, hikayat, drama dan tari
–tarian, yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat. Seperti di Indonesia
setiap masyarakatnya memiliki nilai estetika sendiri. Nilai estetika ini perlu
dipahami dalam segala peran, agar pesan yang akan kita sampaikan dapat mencapai
tujuan dan efektif. Misalkan di beberapa wilayah dan bersifat kedaerah, setiap
akan membangu bagunan jenis apa saj harus meletakan janur kuning dan buah –
buahan, sebagai symbol yang arti disetiap derah berbeda. Tetapi di kota besar
seperti Jakarta jarang mungkin tidak terlihat masyarakatnya menggunakan cara
tersebut.
Bahasa
Bahasa
merupakan alat pengatar dalam berkomunikasi, bahasa untuk setiap walayah,
bagian dan Negara memiliki perbedaan yang sangat komplek. Dalam ilmu komunikasi
bahasa merupakan komponen komunikasi yang sulit dipahami. Bahasa memiliki sidat
unik dan komplek, yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna bahasa tersebu.
Jadi keunikan dan kekomplekan bahasa ini harus dipelajari dan dipahami agar
komunikasi lebih baik dan efektif dengan memperoleh nilai empati dan simpati
dari orang lain.
Orientasi
Nilai Budaya
Kluckhohn dalam Pelly (1994) mengemukakan bahwa nilai budaya merupakan sebuah konsep beruanglingkup luas yang hidup dalam alam fikiran
sebahagian besar warga suatu masyarakat, mengenai apa yang paling berharga
dalam hidup. Rangkaian konsep itu satu sama lain saling berkaitan dan merupakan
sebuah sistem nilai – nilai budaya.
Secara fungsional sistem nilai ini mendorong individu untuk berperilaku seperti apa yang ditentukan. Mereka percaya, bahwa hanya dengan berperilaku seperti itu mereka akan berhasil (Kahl, dalam Pelly:1994). Sistem nilai itu menjadi pedoman yang melekat erat secara emosional pada diri seseorang atau sekumpulan orang, malah merupakan tujuan hidup yang diperjuangkan. Oleh karena itu, merubah sistem nilai manusia tidaklah mudah, dibutuhkan waktu. Sebab, nilai – nilai tersebut merupakan wujud ideal dari longkungan sosialnya. Dapat pula dikatakan bahwasistem nilai budaya suatu masyarakat merupakan wujud konsepsional dari kebudayaan mereka, yang seolah-olah berada diluar dan di atas para individu warga masyarakat itu.Ada lima masalah pokok kehidupan manusia dalam setiap kebudayaan yang dapat ditemukan secara universal. Menurut Kluckhohn dalam Pelly (1994) kelima masalah pokok tersebut adalah:
- masalah hakekat hidup.
- hakekat kerja atau karya manusia.
- hakekat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu.
- hakekat hubungan manusia dengan alam sekitar.
- hakekat dari hubungan manusia dengan manusia sesamanya.
Berbagai kebudayaan mengkonsepsikan masalah universal ini dengan berbagai variasi yang berbeda – beda. Seperti :
· masalah pertama, yaitu mengenai
hakekat hidup manusia. Dalam banyak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama
Budha misalnya, menganggap hidup itu buruk dan menyedihkan. Oleh karena itu
pola kehidupan masyarakatnya berusaha untuk memadamkan hidup itu guna mendapatkan nirwana, dan mengenyampingkan segala tindakan yang dapat
menambah rangkaian hidup kembali (samsara) (Koentjaraningrat, 1986:10).
Pandangan seperti ini sangat mempengaruhi wawasan dan makna kehidupan itu
secara keseluruhan. Sebaliknya banyak kebudayaan yang berpendapat bahwa hidup
itu baik. Tentu konsep – konsep kebudayaan yang berbeda ini berpengaruh pula
pada sikap dan wawasan mereka.
·
Masalah kedua mengenai hakekat kerja atau karya dalam kehidupan. Ada kebudayaan yang memandang bahwa kerja itu sebagai usaha untuk kelangsungan hidup (survive) semata. Kelompok ini kurang tertarik kepada kerja keras. Akan tetapi ada juga yang menganggap kerja untuk mendapatkan status, jabatan dan kehormatan. Namun, ada yang berpendapat bahwa kerja untuk mempertinggi prestasi. Mereka ini berorientasi kepada prestasi bukan kepada status.
Masalah kedua mengenai hakekat kerja atau karya dalam kehidupan. Ada kebudayaan yang memandang bahwa kerja itu sebagai usaha untuk kelangsungan hidup (survive) semata. Kelompok ini kurang tertarik kepada kerja keras. Akan tetapi ada juga yang menganggap kerja untuk mendapatkan status, jabatan dan kehormatan. Namun, ada yang berpendapat bahwa kerja untuk mempertinggi prestasi. Mereka ini berorientasi kepada prestasi bukan kepada status.
·
Masalah ketiga mengenai orientasi manusia terhadap waktu. Ada budaya yang memandang penting masa lampau, tetapi ada yang melihat masa kini sebagai focus usaha dalam perjuangannya. Sebaliknya ada yang jauh melihat kedepan. Pandangan yang berbeda dalam dimensi waktu ini sangat mempengaruhi perencanaan hidup masyarakatnya.
Masalah ketiga mengenai orientasi manusia terhadap waktu. Ada budaya yang memandang penting masa lampau, tetapi ada yang melihat masa kini sebagai focus usaha dalam perjuangannya. Sebaliknya ada yang jauh melihat kedepan. Pandangan yang berbeda dalam dimensi waktu ini sangat mempengaruhi perencanaan hidup masyarakatnya.
·
Masalah keempat berkaitan dengan kedudukan fungsional manusia terhadap alam. Ada yang percaya bahwa alam itu dahsyat dan mengenai kehidupan manusia. Sebaliknya ada yang menganggap alam sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa untuk dikuasai manusia. Akan tetapi, ada juga kebudayaan ingin mencari harmoni dan keselarasan dengan alam. Cara pandang ini akan berpengaruh terhadap pola aktivitas masyarakatnya.
Masalah keempat berkaitan dengan kedudukan fungsional manusia terhadap alam. Ada yang percaya bahwa alam itu dahsyat dan mengenai kehidupan manusia. Sebaliknya ada yang menganggap alam sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa untuk dikuasai manusia. Akan tetapi, ada juga kebudayaan ingin mencari harmoni dan keselarasan dengan alam. Cara pandang ini akan berpengaruh terhadap pola aktivitas masyarakatnya.
·
Masalah kelima menyangkut hubungan antar manusia. Dalam banyak kebudayaan hubungan ini tampak dalam bentuk orientasi berfikir, cara bermusyawarah, mengambil keputusan dan bertindak. Kebudayaan yang menekankan hubungan horizontal (koleteral) antar individu, cenderung untuk mementingkan hak azasi, kemerdekaan dan kemandirian seperti terlihat dalam masyarakat – masyarakat eligaterian. Sebaliknya kebudayaan yang menekankan hubungan vertical cenderung untuk mengembangkan orientasi keatas (kepada senioritas, penguasa atau pemimpin). Orientasi ini banyak terdapat dalam masyarakat paternalistic (kebapaan). Tentu saja pandangan ini sangat mempengaruhi proses dinamika dan mobilitas social masyarakatnya.
Masalah kelima menyangkut hubungan antar manusia. Dalam banyak kebudayaan hubungan ini tampak dalam bentuk orientasi berfikir, cara bermusyawarah, mengambil keputusan dan bertindak. Kebudayaan yang menekankan hubungan horizontal (koleteral) antar individu, cenderung untuk mementingkan hak azasi, kemerdekaan dan kemandirian seperti terlihat dalam masyarakat – masyarakat eligaterian. Sebaliknya kebudayaan yang menekankan hubungan vertical cenderung untuk mengembangkan orientasi keatas (kepada senioritas, penguasa atau pemimpin). Orientasi ini banyak terdapat dalam masyarakat paternalistic (kebapaan). Tentu saja pandangan ini sangat mempengaruhi proses dinamika dan mobilitas social masyarakatnya.
Inti
permasalahan disini seperti yang dikemukakan oleh Manan dalam Pelly (1994) adalah
siapa yang harus mengambil keputusan. Sebaiknya dalam system hubungan vertical
keputusan dibuat oleh atasan (senior) untuk semua orang. Tetapi dalam
masyarakat yang mementingkan kemandirian individual, maka keputusan dibuat dan
diarahkan kepada masing-masing individual.
Pola
orientasi nilai budaya yang hitam putih tersebut di atas merupakan pola yang
ideal untuk masing – masing pihak. Dalam kenyataannya terdapat nuansa atau
variasi antara kedua pola yang ekstrim itu yang dapat disebut sebagai pola
transisional
HUBUNGAN
MANUSIA DAN BUDAYA
Hubungan
manusia dengan budaya sangatlah erat karena dari kata manusia yang artinya
ciptaan Tuhan yang berakal budi yang sangatlah istimewa dari ciptaan Tuhan yang
lainnya. Sedangkan Budaya itu sendiri adalah ciptaan manusia yang berasal dari
tingkah laku serta lingkungan pada kehidupan manusia itu sendiri sehingga
terciptalah kata kebudayaan yang artinya budaya yang diciptakan oleh akal budi
manusia, oleh sebab itu budaya dan manusia tidak bisa dipisahkan.
Tiap
manusia pun bisa tanpa disadari bisa membuat budaya dirinya sendiri, melalui
akal budi mereka sendiri mereka bisa mempengaruhi orang lain disekitarnya,
sehingga dengan seiring waktu berjalan, orang-orang disekitar dia akan memiliki
tingkah laku, sifat dan kebudayaan yang hampir sama dengan dia.
Budaya
manusia itu sendiri berbeda-beda yang disebabkan oleh banyak faktor seperti
daerah, turun-temurun, tingkat sosial, lingkungan, kemajuan IPTEK dan lain
sebagainya. Hal ini menimbulkan banyaknya tarian, lagu, kebiasaan dan tatanan
kehidupan lainnya di setiap daerah yang berbeda, apalagi seperti di Indonesia
yang memiliki banyak sekali daerah dan bermacam-macam suku. Contoh kebiasaan
berbudaya dalam daerah Manado belum tentu sama dengan kehidupan berbudaya suku
Bugis.
Seiring
berjalannya waktu, kebudayaan yang mempengaruhi serta dipengaruhi oleh manusia
pun semakin berkembang. Perbedaan tingkah laku dan etika berbudaya setiap
manusia terkadang menimbulkan konflik dalam kehidupan manusia. Kebanggaan,
kesombongan dan egoisme manusia terhadap kebudayaannya membuat manusia tersebut
bersikap radikal yang arti kasarnya ia melihat bahwa kebudayaan orang lain itu
buruk dan kebudayaannya lah yang terbaik. Berbagai macam konflik kehidupan
manusia yang berlatar belakang budaya seringkali kita temui seperti
diskriminasi dan rasisme terhadap suku tertentu maupun agama tertentu.
Budaya
yang berbeda itu indah, karena kita bisa melihat perbedaan dan bisa mempelajari
kebudayaan orang lain, manusia yang merupakan makhluk sosial tentunya tidak
jauh dari yang namanya bergaul dengan orang lain, bersosialisme dengan orang
lain, karena manusia tidak mungkin hidup sendiri, sehingga setiap manusia harus
mempelajari dan bertoleransi terhadap budaya orang lain.
Semakin
banyaknya budaya yang ada di tengah-tengah manusia, konflik yang terjadi
semakin banyak meskipun hanya karena masalah kecil. Kalau manusia yang memiliki
toleransi tinggi, konflik tidak akan terjadi, karena manusia yang berakal budi
baik tentu saja melihat keindahan dalam perbedaan sehingga kedamaian dan
kebersamaan akan tercipta.
Nama : Nissaa Arifiani
Kelas
: 1KA20
NPM : 15116453
Komentar
Posting Komentar